Arak Menjadi Madu

Minggu, 27 Februari 2011




Pada suatu hari, Omar Al-Khatab sedang bersiar-siar di lorong-lorong dalam kota Madinah. Di hujung simpang jalan beliau terserempak dengan pemuda yang membawa kendi. Pemuda itu menyembunyikan kendi itu di dalam kain sarung yang diselimutkan di belakangnya. Timbul syak di hati Omar AL-Khatab apabila terlihat keadaan itu, lantas bertanya, "Apa yang engkau bawa itu?"
Kerana panik sebab takut dimarahi Omar yang terkenal dengan ketegasan, pemuda itu menjawab dengan terketar-ketar iaitu benda yang dibawanya ialah madu. Walhal benda itu ialah khamar. Dalam keadaannya yang bercakap bohong itu pemuda tadi sebenarnya ingin berhenti dari terus minum arak. Dia sesungguhnya telah menyesal dan insaf dan menyesal melakukan perbuatan yang ditegah oleh agam itu. Dalam penyesalan itu dia berdoa kepada Tuhan supaya Omar Al-Khatab tidak sampai memeriksa isi kendinya yang ditegah oleh agama itu.

Pemuda itu masih menunggu sebarang kata-kata Khalifah, "Kendi ini berisikan madu."
Kerana tidak percaya, Khalifah Omar ingin melihat sendiri isi kendi itu. Rupanya doa pemuda itu telah dimakbulkan oleh Allah seketika itu juga telah menukarkan isi kendi itu kepada madu. Begitu dia berniat untuk bertaubat, dan Tuhan memberikan hidayah, sehingga niatnya yang ikhlas, ia terhindar dari pergolakan Khalifah Omar Al-Khatab, yang mungkin membahayakan pada dirinya sendiri kalau kendi itu masih berisi khamar.

Allah Taala berfirman,
" Seteguk khamar diminum maka tidak diterima Allah amal fardhu dan sunatnya selama tiga hari. Dan sesiapa yang minum khamar segelas, maka Allah Taala tidak menerima solatnya selama empat puluh hari. Dan orang yang tetap minum khamar, maka selayaknya Allah memberinya dari 'Nahrul Khabal'.
Ketika ditanya, "Ya Rasulullah, apakah Nahrul Khabal itu ?"
Jawab Rasulullah, "Darah bercampur nanah orang ahli neraka ! "
Read more >>

LEMEEESSS

Senin, 21 Februari 2011

Hmmmm.....
nyammm,,,,nyammmmm
huenaaagggg tenannnnn....
wuaduh.........
               MULESSS,,,,
muuuuuuuuu         lesssssssss
        LEMU         MALES
  MALES                     LEMES
           LEMEEESSSSS
            LEMU MALES
               lemesssssss














Read more >>

ANTARA AKU DAN IBUKU

         
  Antara Aku dan Ibuku seperti ada jarak entah apa yang membuat aku dan ibuku sangat jauh sekali . Padahal sekarang ibu aku ada di samping aku.
             Mungkin aku bisa menebak.Salah satu alasan mengapa aku jauh dari ibu aku adalah karena aku pernah ditinggal ibuku selama 6 tahun. Yang pertama adalah ketik aku kelas 3 SD, pada waktu itu adek aku masih kelas 1 SD. Kami sangat sedih sekali karena kami kehilangan sosok ibu ketika kami masih kecil. Tapi bapakku sangat sabar dan tabah. Meskipun ditinggal ibuku, tapi aku dan adekku dirawat oleh bapakku sebaik mungkin.
              Tiga thun kemudian ibuku pulang dari rantauan di negeri orang kami sekeluarga sangat senang sekali. ketika itu aku kelas 5 SD dan adikku kelas 3 SD.Mulai saat itulah aku mulai jauh dari ibuku.
               Setelah kurang lebih 1 tahun dirumah, ketika itu aku mulai dekat dengan ibuku. Ibuku berangkat lagi ke Arab. Kesedihan kami terulang kembali. Tapi kami mencoba untuk bersabar. Itu semua juga dimi kebahagiaan kami di masa depan.
                Ibuku pulang dri Arab untuk yang kedua kalinya adalah ketika aku kylas 1 MAN. jarak antara ibu dan aku semakin menjadi. sampai-sampai aku memanggil nama ibuku saja aku tidak berani. sekarang aku sudah kelas 12 MAN ,tapi kedekatanku dengan ibuku belum bertambah juga. tpi aku akan selalu mencoba dan mencoba untuk menjalin kedekatanku dan ibuku.


Read more >>

JAGUNG BAKAR

Kamis, 17 Februari 2011

                Seorang anak merengek minta dibelikan jagung bakar. Dengan sedikit enggan ibunya mengulurkan selembar uang dan mengawasinya dari kejauhan. Lalu si anak dengan tekun mengikuti gerak-gerik nenek tua penjual jagung bakar memainkan kipas bambunya. Mata kanak-kanaknya membulat terheran-heran pada pletikan biji jagung, asap, serta harum yang bertebar kemana-mana.

               Sedangkan nenek tua berpakaian lusuh itu tersenyum melirik anak kecil yang jongkok di sebelahnya. Mata tuanya meredup entah kemana. Sesekali dicubitnya pipi anak kecil itu. Kemudian diberikannya jagung bakar itu pada anak yang sedari tadi berharap-harap takjub, katanya, "Ambil saja buatmu nak. Tak usah dibayar."
               Lalu Si ibu orang tua anak itu mengucapkan terima kasih dan berkata kepada sang ayah, "Lumayan kita dapat rejeki satu jagung bakar." Lalu mereka meninggalkan taman kota itu dengan kendaraan roda empat mereka.
               Tunggu dulu wahai ibu !. Mengapa kau menyebutnya sebagai rejeki ? Bukankah dengan demikian si nenek tua itu malah kehilangan sebagian penghasilannya yang tak seberapa ? Tidak kah kau terpanggil untuk membalas pemberian itu dengan sesuatu yang lebih dari sekedar kata terima kasih ?
Memang, menerima selalu menyenangkan. Namun, memberi dengan sikap tulus itu lebih membahagiakan. Tahukah kau, wahai ibu, hati nenek tua itu lebih terang; jauh lebih terang dari lampu yang menerangi temaram senja ini.
               Nenek tersebut sangat berhati mulia . Meskipun dia dalam keadaan kekurangan tapi dia juga masih mempedulikan orang lain. Dan kita seharusnya bisa mencontoh sikap nenek tersebut. Selagi kita masih bisa menolong orang lain, kita harus memanfaatkan kehidupan kita sebaik mungkin.
Read more >>

Yang Aku Rasakan Saat ini

Rabu, 09 Februari 2011


                Saat ini buanyak sekali yang aku rasakan, diantaranya stress, senang, sedih, bingung dan banyak lagi. Mengapa aku sampai merasakan banyak hal seperti itu ? karena memang banyak sekali sekarang ini yang sedang aku pikirkan.
                Pertama karena  UNAS tinggal beberapa hari lagi,itulah yang membuat aku dan banyak siswa SMA dan yang sederajat merasakan perasaan yang sama sepertiku, yaitu perasaan yang campur aduk seperti itu, ditambah lagi dengan syarat-syarat kelulusan yang semakin ruwet menurutku. Kemudian kode soal tahun ini juga berubah yang sebelumnya hanya A dan B menjadi A sampai E.
                Kedua  aku seneng karena sebentar lagi mo lulus dan ngalanjutin kuliah. Stress karena mikirin biaya yang harus dikeluarkan pada waktu memasuki perguruan tinggi. Bingung karena aku bingung maw ngalanjutin di Universitas mana dana ngambil jurusan apa.
                Tapi menghadapi semuanya itu aku berusaha untuk menjadi yang terbaik. Aku berusaha belajar semaksimal mungkin demi membahagiakan orang tua. Selain itu aku juga berdoa kepada ALLAH SWT supaya diberi kelancaran dalam segala hal .Amiiin.



Read more >>

Sepatu Si Bapak Tua


Seorang bapak tua pada suatu hari hendak bepergian naik bus kota. Saat menginjakkan kakinya ke tangga, salah satu sepatunya terlepas dan jatuh ke jalan. Sayang, pintu tertutup dan bus segera berlari cepat. Bus ini hanya akan berhenti di halte berikutnya yang jaraknya cukup jauh sehingga ia tak dapat memungut sepatu yang terlepas tadi. Melihat kenyataan itu, si bapak tua itu dengan tenang melepas sepatunya yang sebelah dan melemparkannya ke luar jendela.

Seorang pemuda yang duduk dalam bus tercengang, dan bertanya pada si bapak tua, ''Mengapa bapak melemparkan sepatu bapak yang sebelah juga?'' Bapak tua itu menjawab dengan tenang, ''Supaya siapa pun yang menemukan sepatuku bisa memanfaatkannya.''

Bapak tua dalam cerita di atas adalah contoh orang yang bebas dan merdeka. Ia telah berhasil melepaskan keterikatannya pada benda. Ia berbeda dengan kebanyakan orang yang mempertahankan sesuatu semata-mata karena ingin memilikinya, atau karena tidak ingin orang lain memilikinya.

Sikap mempertahankan sesuatu -- termasuk mempertahankan apa yang sudah tak bermanfaat lagi -- adalah akar dari ketamakan. Penyebab tamak adalah kecintaan yang berlebihan pada harta benda. Kecintaan ini melahirkan keterikatan. Kalau Anda sudah terikat dengan sesuatu, Anda akan mengidentifikasikan diri Anda dengan sesuatu itu. Anda bahkan dapat menyamakan kebahagiaan Anda dengan memiliki benda tersebut. Kalau demikian, Anda pasti sulit memberikan apapun yang Anda miliki karena hal itu bisa berarti kehilangan sebagian kebahagiaan Anda.

Kalau kita pikirkan lebih dalam lagi ketamakan sebenarnya berasal dari pikiran dan paradigma kita yang salah terhadap harta benda. Kita sering menganggap harta kita sebagai milik kita. Pikiran ini salah. Harta kita bukanlah milik kita. Ia hanyalah titipan dan amanah yang suatu ketika harus dipertanggungjawabkan. Pertanggungjawaban kita adalah sejauh mana kita bisa menjaga dan memanfaatkannya.

Peran kita dalam hidup ini hanyalah menjadi media dan perantara. Semuanya adalah milik Tuhan dan suatu ketika akan kembali kepadaNya. Tuhan telah menitipkan banyak hal kepada kita: harta benda, kekayaan, pasangan hidup, anak-anak, dan sebagainya. Tugas kita adalah menjaga amanah ini dengan baik, termasuk meneruskan pada siapa saja yang membutuhkannya.

Paradigma yang terakhir ini akan membuat kita menyikapi masalah secara berbeda. Kalau biasanya Anda merasa terganggu begitu ada orang yang membutuhkan bantuan, sekarang Anda justru merasa bersyukur. Kenapa? Karena Anda melihat hal itu sebagai kesempatan untuk menjadi ''perpanjangan tangan'' Tuhan. Anda tak merasa terganggu karena tahu bahwa tugas Anda hanyalah meneruskan ''titipan'' Tuhan untuk membantu orang yang sedang kesulitan.

Cara berpikir seperti ini akan melahirkan hidup yang berkelimpahruahan dan penuh anugerah bagi kita dan lingkungan sekitar. Hidup seperti ini adalah hidup yang senantiasa bertambah dan tak pernah berkurang. Semua orang akan merasa menang, tak ada yang akan kalah. Alam semesta sebenarnya bekerja dengan konsep ini, semua unsur-unsurnya bersinergi, menghasilkan kemenangan bagi semua pihak.

Tapi, bukankah dalam proses memberi dan menerima ada pihak yang akan bertambah sementara pihak yang lain menjadi berkurang? Kalau Anda berpendapat demikian berarti Anda sudah teracuni konsep Zero Sum Game yang mengatakan kalau ada yang bertambah pasti ada yang berkurang, kalau ada yang untung pasti ada yang rugi, kalau ada yang menang pasti ada yang kalah. Padahal esensi hidup yang sebenarnya adalah menang-menang. Kalau kita memberi kepada orang lain, milik kita sendiri pun akan bertambah.

Bagaimana menjelaskan fenomena ini? Ambilah contoh kasus bapak tua tadi. Kalau ia tetap menahan sepatunya maka tak ada pihak yang dapat memanfaatkan sepatu tersebut. Kondisi ini adalah kalah-kalah ( loose-loose ). Sebaliknya dengan melemparkannya, sepatu ini akan bermanfaat bagi orang lain. Lalu apakah si bapak tua benar-benar kehilangan? Tidak. Ia memperoleh kenikmatan batin karena dapat memberikan manfaat bagi orang lain. Betul, secara fisik ia kehilangan tetapi ia mendapatkan gantinya secara spiritual.

Perasaan inilah yang selalu akan Anda dapatkan ketika Anda membantu orang lain: menolong teman yang kesulitan, memberikan uang pada pengemis di jalan, dan sebagainya. Kita kehilangan secara fisik tapi kita mendapatkan ganti yang jauh lebih besar secara spiritual.
Read more >>

Anak Sepasang Bintang

Sabtu, 05 Februari 2011

"Bunda ..., jadah itu artinya apa?"

Bunda tersentak waktu itu. Tak menyangka pertanyaan itu akan keluar dari
sela bibir mungilku, gadis kecilnya yang baru berumur lima tahun. "Kenapa
Sayang?" Bunda bertanya sambil mendekapku di dadanya. "Orang-orang
menyebutku seperti itu," jawabku dengan sangat polos. Aku memeluk Bunda
semakin erat dan merasakan perlindungannya.

Di waktu lainnya aku ajukan pertanyaan lain padanya.

"Bunda ..., apa saya punya Ayah? Orang-orang itu bilang saya tak punya
Ayah," tanyaku. Bunda baru saja selesai mendongeng padaku waktu itu. Bunda
tertegun begitu lama.

"Ada!" tegas Bunda meyakinkanku. "Di mana? Kenapa aku tak bisa menemuinya?"
Bunda membimbingku bangkit dari tempat tidur kayu berkepinding. Berjalan ke
halaman tanpa penerangan.

"Kau lihat langit di atas sana?" Bunda bertanya tanpa melepas genggamannya.
Aku mengangguk mengiyakan. "Ayahmu ada di sana!" jawab Bunda meyakinkan.

Aku tidak melihat apa-apa. Selain langit hitam dan taburan berjuta bintang
tidak ada gambar wajah manusia terlihat di sana.

Tapi aku tidak ingin bertanya lagi. Barangkali ayahku adalah satu di antara
kerlip bintang-bintang itu. Besok jika anak-anak itu menggodaku lagi dan
mengatakan aku tidak punya ayah aku sudah punya jawabannya.

* * *

Sejak kecil aku cuma punya Bunda. Perempuan yang miskin tanpa harta tapi
penuh cinta. Yang selalu menyediakan dadanya untuk menyerap luka-luka.
Dengan upah seadanya sebagai tukang cuci pakaian pada beberapa keluarga,
Bunda selalu menabung. Katanya aku harus sekolah setinggi mungkin dan jadi
orang pandai. Agar tidak bodoh dan melarat seperti dirinya.

Bunda lewati seluruh kehidupan berat sendiri. Mengasuh anak yang terus
tumbuh tanpa pendamping di sisi. Tidak mudah memang. Tapi tidak sekalipun
aku melihatnya berduka. Kecuali sekali pada suatu malam aku terbangun dan
melihatnya mengisak di atas sehelai sajadah.

Setiap kali aku menanyakan hal itu pada Bunda, cuma air matalah yang
kemudian menjadi jawabannya. Seperti menguak luka yang tak pernah kering
sama sekali. Lalu aku jadi tak pernah tega memaksa Bunda untuk menjawabnya.
Sebab Bunda terlalu mulia untuk terluka.

Aku tidak ingin mengecewakan Bunda. Perjuangannya tidak boleh sia-sia.
Keinginannya melihatku sekolah setinggi mungkin memacu semangatku untuk
belajar dengan giat. Aku selalu berhasil mencapai gelar juara sejak duduk di
bangku SD hingga SMU. Lalu kemudian aku terpaksa berpisah dengan Bunda. Aku
diterima masuk tanpa test di salah satu perguruan tinggi terkemuka di kota. Sekarang aku bahkan telah diterima bekerja di salah satu Bank
Syariah terkemuka yang baru berdiri. Aku ingin menjemput Bunda untuk
mengajaknya pindah ke kota ini. Tapi Bunda menolak.

* * *

Kukira dengan meninggalkan tempat kelahiran aku akan bisa hidup dengan
tenang. Semua mimpi buruk masa kecil tentang siapa ayahku tidak akan
memburuku sampai ke kota ini. Tapi tidak. Sepertinya ia menjelma jadi
kutukan yang mengikuti kemana pergi.

Aku telah dewasa kini. Telah siap untuk menikah dan berkeluarga. Sudah tiga
orang lelaki shaleh yang datang mengajukan lamaran padaku. Tapi sudah tiga
kali pula aku terpaksa menolaknya. Aku takut menceritakan keluargaku. Aku
tak mungkin mengatakan bahwa aku anak sebuah bintang.

"Rabbi ..., aku hanya ingin tahu siapa lelaki yang menjadi ayahku. Hanya
itu. Apa aku durhaka pada Bunda?" dalam renungku di kamar. tiba-tiba temanku menyaut,"Kau beruntung masih mempunyai Bunda. Aku
dibesarkan di panti asuhan, tak tahu siapa keluargaku." kata teman satu
kamarku mencoba menghiburku.

Aku insyaf kini. Aku masih sangat beruntung mempunyai Bunda. Dalam sujudku
malam itu aku menangis. Mohon kesempatan pada Allah untuk membahagiakan
Bunda. Perempuan yang dicipta dari seribu kuntum bunga.

* * *

Berita itu sampai lewat seorang tamu. Salah seorang tetangga kami di kampung
dulu. Sengaja datang untuk mengunjungiku. Padaku ia cerita Bunda sedang
sakit. "Sebenarnya ia sakit sejak lama. Tapi tak mau cerita. Bunda bilang
tak mau kalau pekerjaanmu terganggu. Tapi aku pikir kau memang perlu tahu!"

Di rumah aku lihat Bunda terbaring di tempat tidurnya. Tempat tidur yang
sama seperti masa kecilku dulu. Tempat Bunda biasa mendekap, mendongeng dan
berdoa sebelum lelap menyergapku.

"Kenapa Bunda tidak memberitahuku?" tanyaku setelah mencium tangannya.

"Bunda tak mau pikiranmu terganggu," jawabnya sambil tetap mengukir senyum
di wajahnya. Tapi aku melihatnya semakin lemah saja. "Bunda ingin mengatakan
sesuatu tentang ayahmu, ia ...,"

"Tidak perlu, Bunda," potongku cepat. "Jangan katakan apa-apa. Tidak ada
yang perlu Bunda jelaskan tentang masa lalu. Bunda tetaplah Bunda. Perempuan
yang dicipta dari seribu kuntum bunga!"

Aku memang sudah tidak lagi perduli. Bunda manusia biasa. Mungkin pernah
khilaf di masa lalunya. Tapi bagiku kini Bunda adalah anugerah Allah
terbesar dalam hidup ini. Dua hari kemudian Bunda berpulang ke Rahmatullah.

Malam itu kembali aku menatap langit. Seperti waktu kecil dulu saat aku
bertanya pada Bunda di mana ayahku. Bunda akan menunjuk ke arah langit.
Tempat kegelapan malam dihiasi pendar jutaan bintang. Bunda kini telah
pergi. Menyusul ayahku di tempat yang abadi. Dan aku tahu kini. Jika seorang
lelaki shaleh datang untuk melamar dan bertanya tentang keluargaku, aku akan
mengatakan bahwa aku adalah anak sepasang bintang!
Read more >>
Diberdayakan oleh Blogger.